Pengertian sastra senantiasa mengalami perkembangan yang pesat. Oleh karena itu, pengertian sastra sangat banyak. Untuk memberikan pengertian sastra tidaklah mudah, karena tidak ada batasan yang sama. Walaupun pengertian tentang sastra sulit dicari batasan yang pasti, akan tetapi pengertian sastra banyak bermunculan sepanjang zaman.
Sastra adalah bentuk seni yang dilahirkan dari keindahan penggunaan bahasa, keaslian yang diungkapkan, dan kedalaman pesan yang disampaikan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Yusuf, 1995: 256). Dari pengertian tersebut kita dapat mengetahui bahwa sastra merupakan ungkapan fakta yang artistik dan imajinatif sebagai manifestasi (perwujudan sebagai suatu pernyataan/pendapat) kehidupan manusia melalui bahasa sebagai mediumnya, sastra mampu memberikan efek positif terhadap berbagai aspek.
Sastra merupakan bahasa, sejarah, kesenian, filsafat, estetika sendiri dan dianggap bagian dari kelompok ilmu-ilmu humaniora (ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia dengan ilmu pengetahuan alam) seperti teologi, filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, dan ilmu kesenian, (KBBI. hal 361).
Karya sastra merupakan proses kreatif yang mengalami berbagai peristiwa, baik pengalaman sendiri maupun orang lain, sehingga diungkapkan dengan jujur dan sungguh-sungguh dengan bentuk bahasa yang khas.
Untuk mengapresiasikan bisa melalui berbagai cara melalui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, yaitu unsur Intrinsik dan ekstrinsik. Tidak hanya itu, mencari tindakan dan psikologi para tokoh juga bagian mengapresiasikan karya sastra. Para tokoh atau tokoh adalah bentuk rupa perwatakan tubuh; atau pemegang peran penting dalam cerita-cerita roman, novel, cerpen; perilaku cerita (Badudu-Zain, 1994: 1522)
Unsur-unsur dalam karya sastra adalah :
1. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2000 : 23).
Di dalam unsur intrinsik ada beberapa unsur;
a. Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. (Sumardjo dan Sini, 1986: 56).
Pembaca akan mencari persoalan yang timbul dari novel itu, pencarian itu adalah tema yang akan membangun sebuah novel. Menurut (Waluyo, 1987: 106) mengemukakan tema merupakan gagasan pokok atau Subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
Tema yang baik adalah perasaan, ide, gagasan, atau pikiran yang terdapat dalam sebuah certia dan dituangkan dalam bentuk tulisan, serta tema yang sedang berkembang di masyarakat kerena akan memberikan jalan keluar dalam menghadapi persoalan.
b. Alur (Plot)
Hanya perlu diingat bahwa tidak semua plot mencapai resolusi atau closed ending (akhir yang jelas). Ada juga yang tidak mempunyai closed ending, melainkan open ending (akhir yang terbuka). Yang dimaksud adalah bahwa konflik yang terjadi belum menemukan pemecahan, atau masih berlanjut. Penulis mempunyai tujuan tertentu dalam mengakhiri karyanya seperti itu, misalnya untuk menunjukkan bahwa memang dalam kenyataannya persoalan yang seperti ditulis dalam karyanya belum mendapat penyelesaian.
Stanton dalam Nurgiyantoro (2000: 113) berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
plot adalah dasar atau alasan yang menyebabkan terjadinya perkembangan dalam cerita. Berupa suasana peristiwa yang menceritakan keadaan, gerak dari suatu permulaan, pertengahan, dan tertuju pada akhir certia.
c. Latar (Setting)
suatu kejadian dalam cerita yang berhubungan dengan tempat kejadian, waktu kejadian, dan lingkungan sosial, serta letak wilayah yang memberikan informasi berupa keadaan masyarakat, ekonomi, agama dan budaya.
Menurut Wiyanto (2002: 28) setting adalah tempat, waktu, dan suasan terjadinya suatu adegan kerena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting yang dikendakinya.
Adegan merupakan sebuah latar yang akan menentukan pertimbangan dalam karya sastra. Latar adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu cerita terjadi. Yang harus diperhatikan dalam latar adalah tidak hanya segi fisik dari latar itu. Latar sebenarnya memberikan informasi yang sangat penting tentang keadaan masyarakat dimana ceritera itu terjadi pada waktu itu. Anda dapat mempelajari segi sosial budaya, ekonomi, politik masyarakat tersebut.
d. Penokohan
Dalam sebuah cerita tokoh dan penokohan merupakan orang yang melakukan semua cerita yang menjadi unsur pokok dalam hidup tidak hanya cerita.
Peristiwa dalam karya sastra merupakan hal kehidupan sehari-hari yang diemban oleh tokoh/pelaku tertentu. Pelaku yang memegang peristiwa dalam certia fiksi, sedangkan pristiwa itu mampu menjalin suatu certia disebut tokoh, sedangkan latar pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut tokoh.
Melalui tokoh dengan konflik-konfliknya yang bergerak sepanjang alur, penulis menyampaikan tema dan pesan-pesannya. Dalam sebuah karya sastra termasuk drama, ada beberapa pembagian tokoh:
a) tokoh utama dan tokoh sampingan/pembantu (main and minor characters).
b) tokoh protagonis dan antagonis. Secara tradisional tokoh protagonis adalah tokoh utama yang baik (white character), sedangkan lawannya adalah tokoh antagonis.
c) tokoh dinamik dan tokoh yang statik. Tokoh dinamik adalah tokoh yang berubah pendiriannya/kepribadiannya, sedangkan tokoh statik adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan.
Penokohan/karakterisasi adalah cara penulis menggambarkan tokoh-tokohnya. Apakah penulis menggambarkan tokohnya realistis atau tidak realistis. Realistis adalah sebagaimana manusia pada umumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak realistis sebaliknya adalah penggambaran tokoh yang berlebihan: yang baik digambarkan baik sekali tanpa kekurangan seperti Superman, sedangkan yang buruk atau jahat digambarkan ke lewat jahat tanpa ada setitik kebaikan (contoh lain: yang beruntung selalu beruntung, yang malang selalu malang).
Label: Sastra
0 komentar:
Posting Komentar