Dalam bahasa Indonesia ada 28 fonem yang terdiri dari atas :
a. 6 bauh fonem vokal, yaitu: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /é/, yang disebut vokal tunggal. Masing-masing terdiri dari dua vokal tinggi, tiga vokal sedang, dan vokal rendah. Berdasarkan parameter depan-belakang lidah, dua vokal (i,e) merupakan vokal depan, dua merupakan vokal tengah (a, é), dan dua yang lain merupakan vokal belakang (u,o).
Keenam vokal bahasa Indonesia dapat menduduki posisi di awal, tengah, atau akhir suku kata. Perhatikan tabel berikut ini!
Vokal Awal Tengah Akhir
/a/ /anak/ anak /kantong/ katong /kota/ kota
/abu/ abu /lontar/ lontar /para/ para
/arus/ arus /darma/ darma /roda/ roda
/i/ /ikan/ ikan /pintu/ pintu /api/ api
/ibu/ ibu /kécil/ kecil /padi/ padi
/iŋin/ ingin /muŋil/ mungil /saŋsi/ sangsi
/u/ /ukir/ ukir /tunda/ tunda /pintu/ pintu
/uŋgas/ unggas /masuk/ masuk /bau/ bau
/uban/ uban /guntiŋ/ gunting /baru/ baru
/e/ /ekor/ ekor /nenek/ nenek /sore/ sore
/eja/ eja /bebek/ bebek /kare/ kare
/eka/ eka /geger/ geger /tauge/ tauge
/o/ /obat/ obat /kontan/ kontan /toko/ toko
/oŋkos/ ongkos /balon/ balon /trio/ trio
/oraŋ/ orang /tokoh/ tokoh /baso/ baso
/é/ /émas/ emas /ruwét/ ruwet /tenté/ tante
/énggan/ enggan /ramés/ rames /aré/ are
/énam/ enam /bandéng/ bandeng /tipé/ tipe
b. 22 buah fonem konsonan, yaitu :
b, p, d, t, g, k, f, z, sy, kh, h, j, c, m, n, ny, ng, r, l, w, dan y.
Terbentuknya konsonan tergantung posisi alat ucap kita sebagai artikulator dan titik artikulasinya yang dibantu dengan udara dan paru-paru. Konsonan itu sendiri dihasilkan apabila bunyi ujaran udara yang keluar dari paru-paru mendapat rintangan. Halangan dari alat ucap lainnya. Perhatikan contoh konsonan berikut ini?
Konsonan hambat bilabial
/p/ dan /b/
Dilafalkan dengan bibir atas dan bibir bawah terkatup rapat. Udara dari paru-paru tertahan untuk sementara waktu sebelum katupan itu dilepaskan. Contoh : /pola/ pola /poci/poci, /pohon/ pohon, /portal portal, /partai/ partai, /pekan/ pekan, /peti/ peti, /pokok/ pokok, /polisi/ polisi, /pasal/ pasal, /pasar/ pasar, /pasti/ pasti, /pelajaran/ pelajaran, /pondok/ pondok, /pabrik/ pabrik, /posisi/ posisi, /bapak/ bapak, /bola/ bola, /baik/ baik, /baraŋ/barang, /bahwa/ bahwa, /bohoŋ/ bohong, /babak/ babak, /baru/ baru, /bodoh/ bodoh, /benci/ benci, /badan/ badan, /batu/ batu, /bataŋ/ batang, /bogor/ bogor, /baja/ baja, /belanja/ belanja, /baju/ baju, /besar/ besar, /baja/ baja.
Konsonan hambat alveolar
/t/ dan /d/
Dilafalkan dengan menempelkan ujung lidah (artilulator) pada gusi untuk menahan udara dari paru-paru, kemudian melepaskan udara itu. Contoh : /pantay/ pantai /bagay/ bagai, /panday/ pandai, /tébu/ tebu, /débu/ debu,
Konsonan hambat palatal
/c/ dan /j/
Dilafalkan dengan daun lidah (artikulator) ditempelkan pada langit-langit keras untuk menghambat udara dari paru-paru, kemudian dilepaskan. Contoh : /cari/ cari dan /jari/ jari
Konsonan hambat velar
/k/ dan /g/
Dilafalkan dengan menempelkan belakang lidah (artikulator) pada langit-langit lunak (titik artikulasi). Udara dihambat di sini, kemudian dilepaskan secara mendadak. Contoh : /kalah/ kalah dan /galah/ galah
Konsonan frikatif tak bersuara
/f/, /s/, /ś/, /x/ dan /h/
Konsonan frikatif labiodental. Dilafalkan bibir bawah didekatkan pada bagian bawah gigi atas sehingga udra dari paru-paru dapat melewati lubang yang sempit antara gigi dan bibir dengan menimbulkan bunyi desis. Contoh : /fakultas/ fakultas, /positif/ positif, /lafal/ lafal, /sastra/ sastra
Konsonan frikatif alveolar tak bersuara
/s/
Dilafalkan dengan menempelkan ujung lidah pada gusi bawah sambil melepaskan ujung lidah pada gusi bawah dan melepaskan udara lewat samping lidah sehingga menimbulkan bunyi desis. Contoh : /saya/ saya dan /pasar/ pasar
Konsonan frikatif alveolar bersuara
/z/
Dilafalkan sama dengan cara pembentukan /s/, kecuali dalam pelafalannya keadaan pita suara bergetar. Contoh : /zaman/ zaman, dan /lazim/ lazim
Konsonan frikatif palatal tak bersuara
/ś/
Dilafalkan dengan menefelkan depan lidah pada langit-langit keras, tetapi udara dapat melewati samping lidah dan menimbulkan geseran. Contoh : /śarat/ syarat
Label: Bahasa
Pengertian sastra senantiasa mengalami perkembangan yang pesat. Oleh karena itu, pengertian sastra sangat banyak. Untuk memberikan pengertian sastra tidaklah mudah, karena tidak ada batasan yang sama. Walaupun pengertian tentang sastra sulit dicari batasan yang pasti, akan tetapi pengertian sastra banyak bermunculan sepanjang zaman.
Sastra adalah bentuk seni yang dilahirkan dari keindahan penggunaan bahasa, keaslian yang diungkapkan, dan kedalaman pesan yang disampaikan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Yusuf, 1995: 256). Dari pengertian tersebut kita dapat mengetahui bahwa sastra merupakan ungkapan fakta yang artistik dan imajinatif sebagai manifestasi (perwujudan sebagai suatu pernyataan/pendapat) kehidupan manusia melalui bahasa sebagai mediumnya, sastra mampu memberikan efek positif terhadap berbagai aspek.
Sastra merupakan bahasa, sejarah, kesenian, filsafat, estetika sendiri dan dianggap bagian dari kelompok ilmu-ilmu humaniora (ilmu pengetahuan yang mempelajari apa yang diciptakan atau diperhatikan manusia dengan ilmu pengetahuan alam) seperti teologi, filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah filologi, ilmu bahasa, kesusastraan, dan ilmu kesenian, (KBBI. hal 361).
Karya sastra merupakan proses kreatif yang mengalami berbagai peristiwa, baik pengalaman sendiri maupun orang lain, sehingga diungkapkan dengan jujur dan sungguh-sungguh dengan bentuk bahasa yang khas.
Untuk mengapresiasikan bisa melalui berbagai cara melalui unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra, yaitu unsur Intrinsik dan ekstrinsik. Tidak hanya itu, mencari tindakan dan psikologi para tokoh juga bagian mengapresiasikan karya sastra. Para tokoh atau tokoh adalah bentuk rupa perwatakan tubuh; atau pemegang peran penting dalam cerita-cerita roman, novel, cerpen; perilaku cerita (Badudu-Zain, 1994: 1522)
Unsur-unsur dalam karya sastra adalah :
1. Unsur intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2000 : 23).
Di dalam unsur intrinsik ada beberapa unsur;
a. Tema
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tapi mau mengengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. (Sumardjo dan Sini, 1986: 56).
Pembaca akan mencari persoalan yang timbul dari novel itu, pencarian itu adalah tema yang akan membangun sebuah novel. Menurut (Waluyo, 1987: 106) mengemukakan tema merupakan gagasan pokok atau Subject-matter yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.
Tema yang baik adalah perasaan, ide, gagasan, atau pikiran yang terdapat dalam sebuah certia dan dituangkan dalam bentuk tulisan, serta tema yang sedang berkembang di masyarakat kerena akan memberikan jalan keluar dalam menghadapi persoalan.
b. Alur (Plot)
Hanya perlu diingat bahwa tidak semua plot mencapai resolusi atau closed ending (akhir yang jelas). Ada juga yang tidak mempunyai closed ending, melainkan open ending (akhir yang terbuka). Yang dimaksud adalah bahwa konflik yang terjadi belum menemukan pemecahan, atau masih berlanjut. Penulis mempunyai tujuan tertentu dalam mengakhiri karyanya seperti itu, misalnya untuk menunjukkan bahwa memang dalam kenyataannya persoalan yang seperti ditulis dalam karyanya belum mendapat penyelesaian.
Stanton dalam Nurgiyantoro (2000: 113) berpendapat bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
plot adalah dasar atau alasan yang menyebabkan terjadinya perkembangan dalam cerita. Berupa suasana peristiwa yang menceritakan keadaan, gerak dari suatu permulaan, pertengahan, dan tertuju pada akhir certia.
c. Latar (Setting)
suatu kejadian dalam cerita yang berhubungan dengan tempat kejadian, waktu kejadian, dan lingkungan sosial, serta letak wilayah yang memberikan informasi berupa keadaan masyarakat, ekonomi, agama dan budaya.
Menurut Wiyanto (2002: 28) setting adalah tempat, waktu, dan suasan terjadinya suatu adegan kerena semua adegan dilaksanakan di panggung maka panggung harus bisa menggambarkan setting yang dikendakinya.
Adegan merupakan sebuah latar yang akan menentukan pertimbangan dalam karya sastra. Latar adalah tempat dan waktu (di mana dan kapan) suatu cerita terjadi. Yang harus diperhatikan dalam latar adalah tidak hanya segi fisik dari latar itu. Latar sebenarnya memberikan informasi yang sangat penting tentang keadaan masyarakat dimana ceritera itu terjadi pada waktu itu. Anda dapat mempelajari segi sosial budaya, ekonomi, politik masyarakat tersebut.
d. Penokohan
Dalam sebuah cerita tokoh dan penokohan merupakan orang yang melakukan semua cerita yang menjadi unsur pokok dalam hidup tidak hanya cerita.
Peristiwa dalam karya sastra merupakan hal kehidupan sehari-hari yang diemban oleh tokoh/pelaku tertentu. Pelaku yang memegang peristiwa dalam certia fiksi, sedangkan pristiwa itu mampu menjalin suatu certia disebut tokoh, sedangkan latar pengarang menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut tokoh.
Melalui tokoh dengan konflik-konfliknya yang bergerak sepanjang alur, penulis menyampaikan tema dan pesan-pesannya. Dalam sebuah karya sastra termasuk drama, ada beberapa pembagian tokoh:
a) tokoh utama dan tokoh sampingan/pembantu (main and minor characters).
b) tokoh protagonis dan antagonis. Secara tradisional tokoh protagonis adalah tokoh utama yang baik (white character), sedangkan lawannya adalah tokoh antagonis.
c) tokoh dinamik dan tokoh yang statik. Tokoh dinamik adalah tokoh yang berubah pendiriannya/kepribadiannya, sedangkan tokoh statik adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan.
Penokohan/karakterisasi adalah cara penulis menggambarkan tokoh-tokohnya. Apakah penulis menggambarkan tokohnya realistis atau tidak realistis. Realistis adalah sebagaimana manusia pada umumnya, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak realistis sebaliknya adalah penggambaran tokoh yang berlebihan: yang baik digambarkan baik sekali tanpa kekurangan seperti Superman, sedangkan yang buruk atau jahat digambarkan ke lewat jahat tanpa ada setitik kebaikan (contoh lain: yang beruntung selalu beruntung, yang malang selalu malang).
Label: Sastra
Drama : Berdasarkan etimologi (asalusul bentuk kata) kata drama berasal dari bahasa Yunani dram yang berarti gerak. Tontonan drama memang menojolkan percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (acting) dipanggung.
Drama sering disebut disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara bearti ajaran yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena lakon drama sebenranya mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi penontonnya.(Asul Wiyanto, 2007 : 1-2)
Drama dan teater sama-sama mempunyai fungsi yaitu memperlihatkan adegan-adegan dalam pementasan untuk menyampaiakan amanat yang diperagakan oleh para tokoh. Sehingga para penonton menikmati dan berpikir bahwa dalam pementasan tersebut mengandung unsure-unsur kehidupan seperti agama, sosial, ekonomi, percintaan, budaya, dan perilaku dalam kehupan
Jenis Drama
Menurut Wiyanto, 2007 : 7-10
jenis drama bedasarkan penyajian lakon dapat di katagorina menjadi 8 jenis yaitu;
1. drama tagedi (duka cerita) adalah drama yang penuh kesedihan.
2. drama komedi (suka cerita) adalah drama penggeli hati. Drama ini penuh kelucuan yang menimbulkan tawa penonton.
3. drama targekomedi adalah perpaduan antara drama tagedi dan komedi. Isi lakonnya penuh kesedihanm, tetapi juga menggandung hal-hal yang menggembirakan dan menggelitik hati. Sedih dan gembira silih berganti.
4. drama opera adalah drama yang dialognya dinyanyikan dengan iringan musik. Lagu yang dinyanyikan pemain satu berbeda dengan lagu yang dinyanyikan pemain lain. Demikian pula irama musik pengiringgnya. Drama jenis ini memang mengutamakan nyanyian dan musik, sedangkan lakonnya sebagai sarana. Opera yang pendek namanya operet.
5. drama melodrama adalah drama yang dialognya diucapkan dengan iringan melodi/musik. Tentu saja cara mengucapkannya sesuai dengan musik pengiringnya. Bahkan kadang-kadang pemain tidak berbicara apa-apa.
6. drama farce adalah drama yang menyerupai dalegan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Cerita berpola komedi. Gelak tawa dimunculkan lewat kata dan perbuatan.
7. drama tablo adalah jenis drama yang mengutamakan gerak. Para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan geerakan-gerakan. Jalan cerita dapat diketahui lewat gerakan-gerakan itu.
8. drama sendratari adalah gabungan antara seni drama dan seni tari. Para pemain adalah penari-penari berbakat. Rangkaian peristiwa diwujudkan dalam bentuk tari yang diringi musik. Tidak ada dialog hanya kadang-kadang dibantu narasi singkat agar penonton mengetahui peristiwa yang sedang dipentaskan.
Berdasarkan sarana/alat yang digunakan untuk menyampaikan kepada penikmat (penonton, pemirsa, atau pendengar), drama dapat dibedakan menjadi enam jenis, yaitu;
1. drama panggung dimainkan oleh para aktor di panggung pertunjukan. Penonton berada di sekitar panggung dan dapat menikmati secara langsung dengan melihat perbuatan para aktor, mendengarkankan dialog, bahkan dapat meraba kalau mau dan boleh.
2. drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya bisa didengarkan oelh penikmat.
3. drama televisi dapat didengar dan dilihat (meskipun hanya gambar). Hampir sama dengan drama penggung, hanya bedanya, drama televisi tak dapat diraba. Drama televisi dapat ditanyangkan langsung, dapat pula direkam dulu lalu ditanyangkan kapan saja sesuai dengan program mata acara televisi.
4. drama film hampir sama dengan drama televisi. Bedanya, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya dipertunjukan di bioskop. Namun, drama film dapat pula ditanyangkan dari studio televisi sehingga penonton dapat menikmati di rumah masing-masing.
5. drama wayang ciri khas tontonan drama adalah ada cerita dilaog. Karena itu, semua bentuk tontonan yang mengandug cerita disebut juga drama, termasuk tontonan wayang kulit (jawa) atau wayang golek (sunda). para tokoh digambarkan dengan wayang atau golek (boneka kecil) yang dimainkan oleh dalang.
6. drama boneka hampir sama dengan wayang. bedanya, dalam drama boneka para tokoh digambarkan dengan boneka yang dimainkan oleh beberapa orang. bahkan, kalau bonekanya besar (di dalamnya ada orang) boneka itu dapat bermain sendiri tanpa dimainkan dalang.
Beberapa Istilah dalam Drama
1. Babak merupakan bagian dari lakon drama. satulakon drama mungkin juga lebih. dalam pementasan, batas antara babak satu dan babak lain ditandai dengan turunnya layar, atau lampu penerang panggung dimatikan sejenak. Bila lampu dinyalakan kembali atau layar ditutup kembali, biasanya ada perubahan penataan panggung yang menggambarkan setting yang berbeda. Baik setting tempat, waktu, maupun suasana terjadinnya suatu peristiwa.
2. adegan adalah bagian dari babak. sebuah adegan hanya menggambarkan satu suasana yang merupakan bagian dari rangkaian suasana-suasana dalam babak. setiap kali terjadi penggantian adegan tidak selalu diikuti dengan penggantian setting.
3. prolog adalah kata pendahuluan dalam lakon drama. Prolog memainkan peran yang besar dalam menyiapkan pikiran penonton agar dapat mengikuti lakon (cerita) yang akan disajikan. itulah sebabnya, prolog sering berisi sinopsis lakon, perkenalan tokoh-tokoh dalam pemerannya. serta konflik-konflik yang akan terjadi di panggung.
4. epilog adalah kata penutup yang mengakhiri pementasan. isinya, biasanya berupa kesimpulan atau ajaran yang bisa diambil dari penonton drama yang baru saja disajikan.
5. dialog dalah percakapan para pemain. dialog memainkan peran yang amat penting karena menjadi pengarah lakon drama. Artinya, jalannya cerita drama itu diketahui oleh penonton lewat dialog para pemain-pemainnya. agar dialog itu tidak hambar, pengucapannya harus disertai penjiwaan emosional. Selain itu, pelafalannya harus jelas dan cukup keras sehingga dapat didengar semua penonton. seorang pemain yang berbisik, misalnya, harus, harus diupayakan agar bisikannya tetap dapat didengarkan para penontn.
6. monolog adalah percakapan seorang pemain dengan dirinya sendiri. apa yang diucapkan itu tidak ditujukan kepada orang lain. Isinya, mungkin ungkapan rasa senang, rencana yang akan dilaksanakan, sikap terhadap suatu kejadian, dll.
7. mimik adalah ekspresi gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang dialami pemain. Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih tentu saja berbeda dengan ketika sedang marah.
Label: Drama